TAULADAN KISAH WANITA SHALIHAH
ameylia
Juni 15, 2016
0 Comments
Tatkala Ibrahim as hendak meninggalkan budak wanitanya, Hajar, yang dihadiahkan oleh istrinya, Sarah, dan ketika Ibrahim hendak meninggalkan Hajar bersama anaknya, Ismail yang masih menyusu di samping Baitullah di Makkah Al-Mukarramah, lalu hendak pulang kembali ke Palestina, Hajar berkata kepada Ibrahim, “Apakah Allah yang memerintahkanmu melakukan ini, wahai Ibrahim?” Maksud Hajar, apakah Allah yang memerintahkan Ibrahim untuk meninggalkannya dan anaknya di sini, tanpa air dan teman. Ibrahim menjawab, “Benar!” Kemudian Hajar berkata: “Kalau begitu, silahkan engkau pergi, sebab Dia pasti tidak akan menyia-nyiakan kita.” (HR. Bukhari, 4/172-175)
Hajar membuat sebuah ungkapan yang sangat indah tentang tawakkal kepada Allah.
Apakah Allah menyia-nyiakan mereka? Jawabnya tentu tidak, bahkan Dia memelihara dan memuliakan mereka dengan pemuliaan yang terbaik. Begitulah Allah mencukupkan orang yang bertawakkal kepada-Nya dan percaya terhadap-Nya.
Apakah Allah menyia-nyiakan mereka? Jawabnya tentu tidak, bahkan Dia memelihara dan memuliakan mereka dengan pemuliaan yang terbaik. Begitulah Allah mencukupkan orang yang bertawakkal kepada-Nya dan percaya terhadap-Nya.
Diriwayatkan bahwa Hatim Al-Asham pernah berkata kepada anak-anaknya: “Aku ingin berangkat haji.”
Maka mereka pun menangis dan berkata: “Kepada siapa Bapak menyerahkan kami?”
Ketika itu, salah seorang anak perempuan Hatim Al-Asham berkata: “Biarkan Bapak pergi, sebab bapak bukanlah yang memberi rizki.”
Maka Hatim Al-Asham pun berangkat. Malam harinya, mereka melewatinya dalam keadaan kelaparan dan mulai mencela putri Hatim Al-Asham tersebut, maka putrinya itu berucap: “Ya Allah, jangan Engkau permalukan aku di tengah-tengah mereka.”
Tak lama kemudian, amir negeri lewat di depan rumah mereka. Ketika itu dia berkata kepada salah seorang sahabatnya: “Tolong carikan air untukku.”
Sahabat amir negeri langsung menuju rumah Hatim Al-Asham dan meminta air minum. Maka penghuni rumah Hatim menyerahkan kepadanya sebuah cangkir baru berbentuk kubus, berisi air dingin. Amir negeri itupun meminumnya. Selanjutnya, amir negeri berkata: “Rumah siapa ini?”
Orang-orang menjawab: “Rumah Hatim Al-Asham.”
Lalu amir negeri itu melemparkan sebuah bungkusan berisi emas ke dalam cangkir dan berkata: “Siapa yang mencintaiku, maka hendaklah dia melakukan seperti apa yang kulakukan.”
Maka para prajurit yang mengiringinya melemparkan uang yang mereka miliki ke dalam cangkir itu. Ketika itu putri Hatim Al-Asham menangis. Ibunya pun bertanya heran, “Apa yang membuatmu menangis, padahal Allah telah meluaskan rahmat-Nya kepada kita?”
Putri hatim berkata: “Sebab seorang makhluk memandang kepada kita, maka dia memberikan uang yang lebih dari cukup untuk kita. Bagaimana seandainya Sang Pencipta yang memandang kepada kita?”
Referensi: Buku Wahai Saudariku Inilah Surga, masuklah ke dalamnya dari pintu mana saja yang kamu Inginkan Oleh Mahmud Al-Mishri (Abu Ammar) diterjemahkan oleh Fathurahman Abdul Hamid, Lc.