Jumat, 19 Agustus 2016

MANAGEMENT OF SOUL

Agustus 19, 2016 0 Comments


Ego adalah produk dari pikiran. Pikiran dapat tercipta melalui masukan yang diberikan oleh pancaindra, baik penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap dan perasa. Manusia dengan kesadaran rendah masih belum mampu melakukan kontrol terhadap pancaindra yang dimilikinya, sehingga dia pun tidak dapat melakukan kontrol terhadap egonya.
Apabila hati telah dikuasai oleh ego, maka dapat dipastikan bahwa manusia tersebut tidak akan pernah bisa mendengar suara Rabb-nya. Suara/petunjuk Allah Swt hanya dapat didengar atau diketahui oleh manusia melalui suara hati nurani. Karena itu, pada kenyataannya banyak manusia yang hatinya telah diselubungi oleh ego beranggapan bahwa suara ego tersebut adalah suara/petunjuk yang diberikan oleh Allah Swt kepada dirinya.
 
Gambar: google
Kekeliruan manusia yang menganggap suara egonya sebagai petunjuk allah Swt akan timbul akibat sebagai berikut:
a.       Munculnya sifat serakah, mau menang sendiri, sombong, sadis, yang dapat dilihat dari perilaku kehidupannya sehari-hari.
b.      Hatinya tidak akan pernah merasakan ketenangan dan kedamaian, karena ego tidak pernah mengenal batasan “cukup”, hidupnya selalu dipenuhi dengan kecemasan.
c.       Hidupnya akan dipenuhi oleh berbagai macam masalah, mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar (termasuk masalah dengan kesehatan). Bahkan rahmat Allah pun seringkali dirasakannya sebagai sebuah masalah.
d.      Pikiran dan perasaannya selalu dihantui oleh rasa takut yang tidak berkesudahan, takut ditinggal oleh tuhan-tuhan palsu yang telah hidup di dalam hatinya. Akibatnya sudah dapat ditebak, stress, stroke, kanker, dan berbagai macam penyakit lainnya akan segera menjadi miliknya.
Pada level ini manusia beribadah hanya karena iming-iming surga ataupun ketakutan akan neraka. Seluruh pelaksanaan ibadah dilaksanakan/ditaati tanpa makna dan pengertian yang mendalam. Mereka belum menyadari bahwa beribadah sebenarnya bukanlah bertujuan untuk mengejar pahala, tetapi sebagai training atau latihan mencapai sesuatu yang perlu diraih, yaitu derajat takwa ataupun kesejatian diri yang bersih sehingga menghasilkan manusia yang mampu menjalankan hidup di dalam pimpinan ruh yang hidup.
Untuk dapat meningkatkan kualitas kesadaran rendah menjadi kualitas kesadaran yang lebih tinggi, maka yang pertama kali harus dilakukan adalah meurunkan dominasi ego yang ada di dalam diri manusia yang bersangkutan.
Apabila suara ego sudah tidak lagi nyaring terdengar, maka suara hati yang merupakan suara/petunjuk dari allah Swt akan dapat didengar dengan jelas. Selanjutnya, yang bertindak sebagai pengendali tubuh adalah jiwa yang berserah kepada allah (mukhlisin), jiwa yang tercerahkan dan jiwa yang tidak terjangkau oleh pikiran negatif maupun perasaan gelisah.
Karena jiwa berada di atas wilayah itu semua, Allah menggambarkan, setan pun tidak mampu menjangkau keadaan jiwa yang berserah diri pada-Nya, “Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Allah. Sesungguhnya kekuasaan setan hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah” (QS An-Nahl: 99-100).


Referensi: Khadimullah, K.H.A.M. Zamry. 2011. Khusyukkan Shalatmu: Mi’raj Spiritual Seorang Muslim. Bandung:Marja.