Puisi ini sebagai salah satu bentuk kontribusi saya terhadap kondisi negeri yang sedemikian menyedihkan sekaligus dalam rangka berpartisipasi pada lomba menulis bersama Blogger Unsri.
Sehela Nafas
Oleh: Ameylia Kurnyanti
Namaku Zailani
Bersama duka, berteman nasib
Ingin lekas-lekas mencomot paku
menjulur asa
Menyuruk sisa-sisa lahan gosong
Biar saja, riuh rendah penuh
distorsi
Mencaci-maki, menghina-dina
Mereka hanya kuli bicara
Tak ada guna, tak mengubah takdir yang nelangsa
Bermalam-bersiang
Berpanas-berhujan
Tidak! Kiriman air belum datang
Yang ada cuma hati yang basah
Muda-mudi membanting pintu
Berteriak pada langit, pada tanah
Menjemput keadilan tapi salah
alamat
Si empunya bukan pejabat
Rimbunan dimakan senja tak tahu
usia
Berkilat, meliuk-liuk atau
melompat
Merampas sehela nafas yang
tertinggal
Satu tarikan nafas
Menggenggam angin, menghirup abu
Di tengah bising politik negeri
Banyak yang merebah tak bangun
lagi
Palembang, 31 Oktober 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar